Selasa, 07 Desember 2010


SEPADA   - Tante Rosidah

3 Orang


Pada suatu hari Allah memerintahkan malaikat bertemu dengan tiga orang , ketiga-tiga mereka cacat; seorang botak, seorang kudis dan seorang lagi buta.

Malaikat yang menyamar seperti manusia itu bertanya si-kudis "Jika Allah hendak kurniakan sesuatu untuk kamu, apakah yang kamu mau?" Si-kudis menjawab, "Saya mau kulit saya sembuh seperti biasa dan diberi kekayaan yang banyak." Dengan takdir Allah, kulitnya kembali sembuh dan dikurniakan rezeki yang banyak.

Kemudian malaikat bertanya si-botak masalah yang sama. Si-botak menjawab, "Saya mau kepala saya berambut semula supaya kelihatan tampan dan diberikan harta yang banyak." Tiba-tiba, dengan kurnia Allah si-botak itu kembali berambut dan diberikan harta yang banyak.

Setelah itu malaikat bertanya si-buta pertanyaan yang sama. Si-buta menjawab, "Saya hendak mata saya disembuhkan semula dan diberikan harta yang banyak." Dengan takdir Allah, mata si-buta menjadi normal kembali dan dikurniakan kekayaan yang melimpah.

Selang beberapa bulan, Allah memerintahkan semula malaikat untuk berjumpa dengan ketiga-tiga orang cacat itu. Kali ini malaikat menyamar sebagai peminta sedekah. Dia berjumpa dengan orang pertama yang dulunya kudis dan meminta sedikit uang. 'Si-kudis' itu tidak mau memberikan bantuan malah menghardik malaikat. Malaikat berkata, "Saya rasa saya kenal kamu. Dulu kamu kudis..dan miskin. Allah telah menolong kamu." Si-kudis tidak mengaku. Dengan kuasa Allah, si-kudis yang sombong itu menjadi kudis semula dan bertukar menjadi miskin.

Kemudian malaikat berjumpa dengan si-botak yang telah menjadi kaya dan berambut lebat. Ternyata saat malaikat meminta bantuan, si-botak juga enggan membantu, malahan dia tidak mengaku bahawa dia dulu botak. Oleh karena kesombongannya , Allah menjadikan kepalanya botak semula dan bertukar menjadi miskin.

Malaikat berjumpa dengan orang buta yang telah diberikan penglihatan. Saat malaikat meminta bantuan, si-buta memberikan keseluruhan hartanya dan berkata, "Ini semua harta pemberiaan Allah. Ambillah kesemuanya. Mata saya yang kembali sehat ini adalah lebih berharga daripada kesemua harta ini." Malaikat tidak mengambil pemberian itu. Dia memberitahu bahawa dia adalah malaikat yang pernah datang dulu. Kedatangannya kali ini ialah untuk menguji siapa di antara mereka bertiga yang bersyukur.

Si-buta yang bersyukur itu terus dapat menikmati kekayaan dan penglihatannya. Manakala si-kudis dan si-botak kekal dengan keadaannya asalnya.


Moral & Hikmah

- Allah mengurniakan kesenangan dan kebahagian adalah sebagai ujian untuk melihat siapakah di antara mereka yang bersyukur.
- Manusia yang bersyukur Allah akan tambah kurnianya sebaliknya manusia yang kufur akan diazab oleh Allah.
- Manusia seringkali lupa daratan apabila diberikan kemewahan dan kesenangan.
- Sangat sedikit hamba Allah yang bersyukur.
- Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, dia tidak akan bersyukur kepada Allah.
- Allah memberi kurnia kepada siapa yang dikehendakiNya dan menarik nikmat dari siapa saja yang dikehendakiNya.
- Sifat syukur adalah satu sifat yang terpuji, sebaliknya kufur (kufur nikmat) adalah sifat yang dicela oleh Allah.


Sesuai istilahnya, positive thinker adalah orang yang
berpikir positif. Berpikir positif adalah pilihan
terbaik bagi setiap orang dalam setiap situasi. Berpikir
positif itu husnu dzon. Berpikir positif adalah berpihak
pada apapun yang sifatnya positif dan lebih baik.
Berpikir positif selalu menghasilkan output yang
positif. Sukses dan berbahagia adalah hal yang positif.
Maka jika Anda mau sukses dan bahagia, berpikirlah
positif.

Berani dan Mandiri

Anda adalah positive thinker jika Anda lebih memilih
menikmati hidup ketimbang mengeluhkan hidup. Jika Anda
mau dan berani menghadapi kenyataan hidup.

Anda bukanlah positive thinker jika Anda hanya pandai
menyembunyikan emosi. Anda adalah positive thinker jika
Anda menghadapinya, dan Anda pandai menanganinya. Jika
Anda mau menghadapi emosi negatif, merasakan, dan
belajar darinya. Jika Anda mau bertanggung jawab
atasnya, dan tidak menyalahkan apa dan siapa pun di luar
diri Anda.

Anda adalah positive thinker jika Anda berani dan
mandiri.

Memahami Emosi

Anda adalah positive thinker jika Anda menghadapi emosi
negatif dengan kemauan untuk belajar. Jika Anda
memahami, bahwa emosi adalah sinyal yang menjadi salah
satu panduan dalam menentukan perilaku.

Anda adalah positive thinker jika Anda bisa melihat dan
merasakan bahwa emosi adalah pesan.
Jika Anda merasa
nyaman, Anda tahu bahwa Anda telah mengerjakan hal yang
benar, dan Anda meneruskan atau mengulanginya. Jika Anda
merasa tidak nyaman, Anda tahu ada sesuatu yang salah.
Anda tahu bahwa Anda harus berhenti, melakukan analisis
terhadap perilaku diri, belajar dari kesalahan, merubah
strategi, dan kemudian melanjutkan hidup Anda.

Anda adalah positive thinker jika Anda mau belajar
memahami emosi Anda.

Action Oriented

Anda adalah positive thinker jika Anda berorientasi pada
tindakan. Jika Anda melihat kekurangan, Anda bertindak
untuk mengisinya. Jika Anda menghadapi hambatan, Anda
bertindak untuk menyingkirkannya. Jika Anda merasakan
ancaman, Anda bertindak untuk mengantisipasinya. Jika
Anda melihat peluang, Anda bertindak untuk mengambilnya.
Jika Anda merasa berkelebihan, Anda bertindak untuk
mempertahankan dan berbagi dengan orang lain.

Anda adalah positive thinker jika tidak terpaku dan
berhenti hanya pada retorika "Saya bisa!" "Saya bisa!"
"Saya bisa!"

Anda adalah positive thinker jika Anda melanjutkannya
dengan berkata: "Sikat bleh...!"

Bersyukur dan Bersabar

Anda adalah positive thinker jika Anda membiasakan diri
untuk yang bersyukur di kala senang dan bersabar di kala
susah.

Jebakan Negative Thinking

Positive thinking adalah sesuatu yang jelas lebih baik.
Ia lebih identik dengan kebahagiaan dan kesuksesan.
Mengapakah masih banyak orang yang terjebak pada
negative thinking?

Kebiasaan berpikir negatif yang dilakukan dan terjadi
bertahun-tahun, bisa menjadi jalan hidup. Saat berpikir
negatif telah menjadi jalan hidup, maka itulah jalan
hidup yang normal bagi negative thinker. Dengan jalan
hidup yang dianggap normal itu, mereka merasa bahwa apa
yang perlu diubah adalah dunia, bukan diri mereka
sendiri.

Bukankah jauh lebih mudah mengubah diri sendiri dari
pada dunia dan seisinya?

Memahami kenyataan itu dengan lebih baik, akan menaikkan
kecerdasan emosi Anda, kecerdasan spiritual Anda, dan
sekaligus kecerdasan intelektual Anda. Itu artinya, Anda
akan menaikkan kecerdasan individual Anda, kecerdasan
sosial Anda, dan bahkan kecerdasan finansial Anda.

Bukankah itu semua yang akan membuat Anda sukses dan
berbahagia?

Oleh sebab itu, waspadailah jebakan negative thinking
yang akan membuat hidup Anda menjadi sengsara dan lebih
sulit dari semestinya. Kebahagiaan dan sukses Anda ada
di depan mata, dan untuk mendapatkannya Anda tidak perlu
merubah dunia. Ubahlah diri Anda.

Jika Anda tidak ingin memilih jalan hidup sebagai
negative thinker, tips dari Chuck Gallozzi berikut ini
bisa Anda pelajari dan pahami.

Kesalahan atau Kegagalan

Berhentilah untuk terus mengatakan:

"Ya sudahlah, Saya memang begini."
"Saya memang loser."
"Gua emang salah mulu!"
"Saya ternyata bodoh."
"Gagal maning gagal maning..."

(Itu sebabnya si Ucil selalu berhasil)

Ketahuilah bahwa Anda bukanlah kegagalan itu sendiri,
ketahuilah bahwa Anda bukan kebodohan itu sendiri. Anda
tidak serta merta menjadi gagal atau bodoh hanya karena
rencana yang meleset. Anda hanya mengalami "temporary
defeat" alias kekalahan sementara. Semua kegagalan dan
kesalahan adalah bagian dari training kehidupan Anda.
Salah dan gagal adalah syarat mutlak untuk mencapai
sukses dan bahagia Anda.

Amarah

Lepaskan amarah Anda. Ingat, bukan lampiaskan. Amarah
akan menyakiti hati orang lain. Lebih dari itu, amarah
akan menyakiti hati Anda sendiri. Lepaskanlah amarah
Anda dan obati luka hati dengan sikap memaafkan.

Semangat

Untuk apapun yang Anda merasa "harus", "mesti", atau
"wajib" melakukannya, ubahlah frasa di kepala Anda
menjadi lebih positif. Ubahlah "Saya harus" menjadi
"Saya mau..., sebab.... Jadi..."

"Saya mestinya menurunkan berat badan"

gantilah kalimat itu menjadi

"Saya mau menurunkan berat badan, sebab Saya akan merasa
lebih baik, terlihat lebih baik, panjang umur, dan lebih
PD. Jadi, Saya bergabung ke fitness club dan memperbaiki
pola makan."

Bisa atau Tidak Bisa

Berhentilah berpikir "Saya tidak bisa" sebab itu cuma
jalan buntu.
Dengan kalimat itu Anda tidak akan
kemana-mana. Katakanlah "Saya akan..., jika..."

"Saya tidak bisa mengangkat barbel seberat itu"

gantilah kalimat itu menjadi

"Saya akan bisa mengangkatnya dalam dua minggu, jika
Saya menambah beban Saya setengah kilo setiap hari."

Kendali Emosi

Satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas emosi
adalah diri Anda sendiri. Orang lain tidak akan
menciptakan emosi apa pun pada diri Anda kecuali Anda
membiarkannya.

Orang lain tidak dapat membuat Anda kecewa, frustrasi,
atau bersedih hati, kecuali Anda membolehkannya. Jika
itu terjadi, maka itu terjadi karena Anda membiarkannya.
Terjadi atau tidak terjadi, adalah pilihan Anda sendiri.

Jika Anda bertemu dengan orang yang membuat mood Anda
rusak, berhentilah untuk bereaksi secara spontan
sehingga Anda marah atau kecewa. Berdiam dirilah
sebentar, pikirkanlah apa yang membuat orang itu merasa
tidak nyaman sehingga ia merasa perlu memprovokasi Anda.

Ketahuilah, bahwa orang yang demikian sebenarnya sedang
memerlukan restorasi, pembaharuan, revitalisasi,
recharge, atau bahkan nasehat. Anda bisa berperan dan
menyumbangkan sesuatu baginya. Itulah yang membuat Anda
merasa berguna.

Sensitifitas

Jangan terlalu sensi, jadilah kuat. Berhentilah
menginterpretasikan pandangan dan bicara orang sebagai
serangan. Ingatlah bahwa mereka hanya memandang dan
berbicara. Itu saja. Orang yang kasar dan keras kepada
Anda sekalipun, belum tentu tidak menyukai Anda.
Bisa
jadi, mereka justru sayang dan cinta kepada Anda.

Apa yang sering terjadi adalah seperti contoh berikut
ini.

Saat Anda merasakan boss Anda bersikap buruk kepada
Anda, bukanlah kejadian itu yang membuat Anda merasa
buruk. Kejadian itu hanya memicu pengalaman masa lalu
Anda, misalnya saat Anda kecil, ketika Anda melakukan
sesuatu yang kemudian membuat ayah Anda marah. Itulah
yang membuat Anda merasa buruk. Ayah Anda, jelas sayang
dan cinta kepada Anda.

Oleh sebab itu, hiduplah di masa sekarang dan bukan masa
lalu. Anda bukan anak-anak, melainkan manusia yang telah
dewasa. Pahamilah bahwa orang itu boss Anda, dan bukan
ayah Anda.
Ia cinta dan sayang pada Anda dengan cara
yang berbeda.

Tentang Syirik Besar (Akbar)


Soal 1: Apa dosa yang paling besar di sisi Allah?

Jawab:
Dosa yang paling besar adalah syirik kepada Allah, dengan dalil firman Allah:
"Wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan (syirik) kepada Allah, sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang paling besar." (Luqman:13)

Dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya:
"Dosa apa yang paling besar? Beliau bersabda: Kamu menjadikan tandingan bagi Allah, sedang Dialah yang menciptakanmu. (HR.Bukhari-Muslim)

Soal 2: Apakah Syirik Akbar itu?

Jawab:
Syirik besar (Akbar) adalah beribadah kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah, meminta berkah kepada orang yang mati atau hidup tapi tidak berada di tempat orang yang meminta, seperti firman Allah:
"Beribadahlah kepada Allah dan jangan kamu sekutukan sesuatu dengan Allah." (an-Nisa':36)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Termasuk dosa besar yang paling besar adalah berbuat syirik kepada Allah." (HR. Bukhari)

Soal 3: Apakah syirik itu bercokol pada umat sekarang ini?

Jawab:

Benar, dengan dalil firman Allah:
"Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka dalam keadaan berbuat syirik." (Yusuf:106)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari ummatku cenderung pada orang-orang musyrik dan ikut beribadah pada berhala. (HSR.Tirmidzi)

Soal 4: Apa hukum berdoa kepada orang yang mati atau ghaib?

Jawab:
Berdoa kepada orang yang mati dan ghaib itu syirik akbar, sebagaimana firman Allah:
"Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah, apa yang tidak memberimu manfaat dan memberimu madharat; sebab jika kamu melakukan (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Yunus: 106)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barangsiapa yang mati sedang dia menyeru/berdoa kepada selain Allah sebagai tandingan, niscaya masuk neraka." (HR.Bukhari)



Soal 5: Apakah doa itu ibadah?

Jawab:
Ya, doa itu ibadah, sebagaimana firman Allah:

"Berdoalah kepada-Ku akan Kupenuhi permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (Ghafir:60)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Doa itu ibadah." (HR.Ahmad dan Tirmidzi, beliau berkata: hasan shahih)

Soal 6: Apakah orang mati itu bisa mendengarkan doa?

Jawab:
Tidak bisa mendengar, dengan dalil firman Allah:
"Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar." (an-Naml:80)

"Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar." (faathir:22)

(Dinukil dari "Khud Aqidataka", Penulis: Muhammad bin Jamil Zainu, Edisi Indonesia: "Koreksi Aqidahmu", Penerjemah: Abu Hamdan, halaman: 18-22)

TEKA - TEKI


Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".

Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "


"sampaikanlah walau satu ayat"..
 
 Menggambar Nabi dan Para Shahabat

Para ulama sepakat bahwa Rasulullah SAW tidak boleh digambar. Begitu juga dengan para shahabat yang mulia itu. Karena menggambar sosok seseorang termasuk Rasulullah SAW termasuk perbuatan bid`ah, mengingat bahwa sosok Rasulullah SAW itu sangat terkait dengan syairat Islam. Apapun yang dikatakan, dilakukan dan termasuk apa yang ada pada diri beliau sangat mempengaruhi syariat Islam. Dan untuk memastikan apa benar suatu perkataan, perbuatan atau sosok seseorang memang adalah Rasulullah SAW, harus disampaikan secara benar, jujur dan dengan sanad yang bersambung.

Misalnya perkataan beliau yang tercantum dalam hadits, maka baru bisa dibenarkan manakala telah dilakukan kritik hadits oleh para ulama muhadditsin khususnya. Bila tidak, maka menisbahkan sebuah perkataan kepada Rasulullah SAW padahal beliau tidak mengatakannya termasuk perbuatan yang diancam dengan api neraka. Karen memalsu hadits beliau. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :

�Siapa yang berbohong atasku secara sengaja, hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka�.

Dan menggambar sosok manusia lalu dikatakan bahwa orang ini adalah Rasulullah SAW, maka termasuk berbohong, karena penggambar itu sama sekali belum pernah melihat wajahnya. Dan selama Rasulullah SAW hidup, tidak ada seorang pun yang dari penggambar yang pernah menggambar wajah beliau. Dengan demikian, kalau ada orang menggambar Rasulullah SAW, maka bisa dipastikan itu adalah gambar bohong.

Lalu bagaimana dengan gambar para nabi dan juga shahabat ? Para ulama umumnya juga menghukumi hal yang sama seperti pada hukum menggambar Rasulullah SAW. Karena para nabi dan shahabat itu pun tidak pernah ada yang menggambarnya di masa mereka hidup, padahal apapun yang terkait dengan seorang nabi dan shahabat, pastilah sangat berpengaruh dengan syariat itu sendiri, karena dari sanalah syariat itu bersumber.

Jadi kami cenderung untuk mengatakan bahwa menggambar para nabi dan shahabat pun termasuk perbuatan yang diharamkan dalam syariat. Lepas dari hukum menggambar makhluk hidup yang juga menjadi khilaf dilakangan ulama.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.


rian ardiwibowo wrote:
Saya salut dengan "wong sono", entah siapa, yang dianggap sebagai memusuhi Islam.
Dengan karya "seninya", karikatur nabi, berhasil membuat kebakaran jenggot dan adu domba antar sekelompok umat Islam yang terlalu fanatik.

Artinya :
1. Kebakaran jenggot : akan lari nabarak-nabark tak tentu arah dan tak tentu maksud tujuan.
2. Adu domba : umat islam mau menjadi bersifat seperti domba yang mudah diadu.

Sooo...... Anda, yang baca email ini, termasuk umat Islam jenis keduanya itu bukan ?
Kalau saya BUKAN !!!! karena saya pernah melihat semua karikatur itu dan berusaha memahami makna dan benar salahnya karikatur tsb..... (pernah saya uraikan hasil pengamatan saya itu di milist ini...)

----- Original Message ----

Hadis




Saya ingin memulai tulisan ini dengan menyampaikan dua buah hadits
tentang kecintaan kepada Rasulullah saw. Pertama, hadits yang masyhur
diriwayatkan dalam kitab-kitab ahli sunnah, di antaranya dalam
Al-Targhib wal Takhib, sebuah kitab hadits yang sangat populer di
antara kita. Kedua, hadits yang dikutip dari Bihar Al-Anwar, kitab
hadits yang cukup besar dan menjadi rujukan mazhab Ahlul Bayt.

Hadits yang pertama menceritakan bahwa pada suatu hari ketika
Rasulullah saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabatnya,
seorang pemuda datang mendekati Rasul sambil berkata, "Ya Rasulullah,
aku mencintaimu. " Lalu Rasulullah saw berkata: "Kalau begitu, bunuh
bapakmu!" Pemuda itu pergi untuk melaksanakan perintah Nabi. Kemudian
Nabi memanggilnya kembali seraya berkata, "Aku tidak diutus untuk
menyuruh orang berbuat dosa." Aku hanya ingin tahu, apa betul kamu
mencintai aku dengan kecintaan yang sesungguhnya? "

Tidak lama setelah itu, pemuda ini jatuh sakit dan pingsan. Rasulullah
saw datang menjenguknya. Namun pemuda itu masih dalam keadaan tidak
sadar. Nabi berkata, "Nanti kalau anak muda ini bangun, beritahu aku."
Rasululah saw kemudian kembali ke tempatnya. Lewat tengah malam pemuda
itu bangun. Yang pertama kali ia tanyakan ialah apakah Rasulullah saw
telah berkunjung kepadanya. Diceritakanlah kepada pemuda itu bahwa
Rasulullah saw bukan saja berkunjung, tapi beliau juga berpesan agar
diberitahu jika pemuda itu bangun. Pemuda itu berkata, "Tidak, jangan
beritahukan Rasulullah saw. Bila Rasulullah harus pergi pada malam
seperti ini, aku kuatir orang-orang Yahudi akan mengganggunya di
perjalanan." Segera setelah itu, pemuda itu menghembuskan nafasnya
yang terakhir.

Pagi hari usai shalat subuh, Rasulullah saw diberitahu tentang
kematian pemuda itu. Rasul datang melayat jenazah pemuda itu dan
berdo'a dengan do'a yang pendek tetapi sangat menyentuh hati, "Ya
Allah, sambutlah Thalhah di sisi-Mu, Thalhah tersenyum kepada-Mu dan
Engkau tersenyum kepadanya."

Dengan hal itu Nabi menggambarkan kepada kita, bahwa orang yang
mencintainya akan dido'akan oleh Nabi untuk berjumpa dengan Allah swt.
Allah akan ridha kepadanya dan dia ridha kepada Allah, Radhiyyatan
Mardhiyyah. Dia tersenyum melihat Allah dan Allah tersenyum melihatnya.

Hadits yang kedua mengisahkan seorang pedagang minyak goreng di
Madinah. Setiap kali dia hendak pergi, termasuk pergi ke pasar, dia
selalu melewati rumah Rasulullah saw. Dia selalu singgah di tempat itu
sampai dia puas memandang wajah Rasul. Setelah itu ia pergi ke pasar.
Suatu saatetelah melepaskan rindunya kepada Rasul, seperti biasanya ia
pergi ke pasar. Tapi tidak berapa lama setelah itu, dia datang lagi.
Nabi terkejut sehingga bertanya, "Kenapa kau balik lagi?" Ia menjawab,
"Ya Rasulullah, setelah saya sampai di pasar hati saya gelisah. Saya
ingin kembali lagi. Izinkan saya memandang Engkau sebentar saja untuk
memuaskan kerinduan saya." Kemudian Rasul berbincang-bincang dengan
orang itu.

Tidak lama setelah itu Nabi tidak lagi melihat tukang minyak itu lewat
di depan rumahnya. Berhari-hari orang itu tidak lagi kelihatan batang
hidungnya di depan Rasulullah saw. Lalu Rasul mengajak
sahabat-sahabatnya untuk menjenguk dia. Berangkatlah mereka ke pasar
dan mendapat kabar bahwa orang itu telah meninggal dunia. Rupanya
pertemuan sampai dua kali waktu itu merupakan isyarat bahwa dia tidak
bisa lagi memandang wajah Rasulullah saw.

Rasul bertanya kepada orang-orang di pasar, "Bagaimana akhlak orang
itu?" Mereka berkata, "Orang itu pedagang yang sangat jujur. Cuma ada
sedikit saja, orang ini senang perempuan." Kemudian Rasul berkata,
"Sekiranya orang itu dalam dagangnya agak lancung sedikit, Allah akan
mengampuni dosanya karena kecintaannya kepadaku." Tetapi orang itu
sangat jujur dan kecintaannya kepada Rasul dibuktikan dalam
kejujurannya di dalam berdagang.

Dua hadits di atas menceritakan kepada kita tentang pentingnya
mencintai Rasulullah saw. Sudah sering kita mendengar hadits yang
berbunyi, "Belum beriman kamu sebelum aku lebih kamu cintai daripada
dirimu, anak-anakmu, dan seluruh ummat manusia."

Kita semua diperintahkan mencintai Rasulullah saw. Mencintai Rasul
merupakan bagian dari seluruh bangunan keislaman kita. Oleh karena
itu, dahulu para ulama melakukan berbagai cara agar kecintaan kepada
Nabi terus-menerus dibangkitkan. Di antaranya dengan menghias
majelis-majelis mereka dengan bacaan shalawat, mengadakan peringatan
maulid, dan mengungkapkan kecintaan mereka dengan puisi-puisi,
sehingga sepanjang sejarah sudah terkumpul ribuan puisi yang ditulis
untuk mengungkapkan kecintaan kepada Rasululah saw.

Beberapa waktu yang lalu di masjid Asy-Syifâ, Universitas Diponegoro,
saya mengajak semua orang untuk kembali membangkitkan kecintaan kepada
junjungan kita Rasulullah saw. Ada orang yang bertanya kepada saya:
"Saya ingin mencintai Rasulullah, tapi apa yang harus saya lakukan
supaya kecintaan itu tertanam di dalam hati saya. Kalau saya ini
mencintai seorang perempuan, saya bayangkan wajahnya, rambutnya, dan
bibirnya supaya tumbuh kerinduan saya kepada perempuan itu. Apakah
saya harus membayangkan wajah Rasululah saw, supaya saya bisa
men-cintainya? " Waktu itu saya menjawab: "Inilah bencana paling besar
yang menimpa kita sekarang ini. Kita hanya bisa mencintai sesuatu yang
bisa dilihat, diraba, dan disaksikan. Kita ini sama dengan orang-orang
kafir yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Mereka hanya mencintai yang
zhahir saja, mata mereka tidak dapat menembus hal-hal yang bathiniyah.

Jadi, kalau kita mau mencintai, maka cinta kita hanya cinta fisikal
saja, cinta yang sensual. Kita tidak dididik untuk mencintai orang
bukan karena tubuhnya. Di dalam ilmu percintaan, cinta karena tubuh
adalah tahapan cinta yang paling rendah. Para ahli jiwa mengatakan,
cinta pertama pada anak-anak adalah cinta pada sesuatu yang bisa
dilihat. Menurut Sigmund Freud, pertama kali seseorang mencintai ialah
ketika dia merasakan kenikmatan pada waktu menyusu kepada ibunya.
Itulah cinta yang paling rendah. Makin dewasa orang itu, makin abstrak
atau makin tidak kelihatan cintanya. Sayang, tampaknya kedewasaan kita
ini lambat.

Salah satu ciri ketidakdewasaan kita adalah bila kita mencintai
sesuatu, itu dikarenakan oleh hal-hal yang kongkret dan bisa dilihat.
Kita cinta kepada gunung, karena kehijauannya yang bisa dilihat dan
kesejukkan anginnya yang bisa dirasakan. Bukan karena keanggunannya
dan misteri yang ada dibalik gunung itu. Kalau kita menceritakan laut,
yang kita ceritakan adalah gelombangnya, batu-batu karangnya, dan
ikan-ikannya. Tidak kita ceritakan keluasan samudera itu,
kedahsyatannya, dan pengaruhnya kepada jiwa kita. Sebab, semua hal itu
terlalu abstrak dan kita terbiasa dengan hal-hal yang kongkret.

Ketika Pemilu, kita memilih partai bukan program-programnya. Karena
program bersifat abstrak, tidak kelihatan. Kita jugamemilih bukan
karena perilaku para politisinya, karena perilaku itu tidak kelihatan.

Tapi saya tidak akan menceritakan hal itu, saya akan membawa Anda
mencintai Rasulullah saw dengan kecintaan yang lebih tinggi
tingkatnya. Bukan kecintaan fisikal atau jasmaniah. Kecintaan
jasmaniah itu adalah kecintaan ala ABG, yang tidak layak buat
orang-orang dewasa seperti kita.

Kalau kita buka ayat Al-Qur'an, ketika Allah berkisah tentang
Rasulullah saw, tidak pernah diceritakan sifat-sifat jasmaniah
Rasulullah saw. Al-Qur'an selalu menceritakan sifat-sifat ruhaniah
Rasulullah saw. Bercerita tentang akhlak Rasulullah saw, bukan
penampilan fisiknya.

Berbeda dengan para sahabat. Kalau sahabat bercerita tentang
Rasulullah saw sering berupa penampilan fisiknya. Misalnya diceritakan
bahwa Rasul itu kalau tertawa sampai kelihatan gusinya. Atau
diceritakan tentang tetesan keringat Rasul. Siti Aisyah pernah
terpesona dengan tetesan keringat di dahi Rasul, sampai dia berkata:
"Ya Rasulullah, ingin saya bacakan sebuah puisi kepadamu." Lalu Siti
Aisyah menuliskan puisinya dengan mengutip syair seorang Arab tentang
tetesan keringatnya. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Siti Aisyah
hanya mencintai Rasulullah saw karena jasmaninya.

Saya ingin mengetengahkan satu ayat Al-Qur'an. Ada riwayat yang agak
lucu tentang ayat ini. Katanya setelah Al-Qur'an terkumpul dan
tertulis pada zaman Abu Bakar, seseorang berkata bahwa ada satu ayat
yang hilang. Pada waktu itu, seseorang yang mengumpul-kan ayat harus
membawa saksi satu orang. Sehingga jumlah pengumpul ayat ada dua
orang. Seseorang berbicara, "Ada yang terlewat, satu ayat belum masuk
ke situ." Dia hanya seorang diri, tidak mempunyai saksi. Namanya
Khuzaimah bin Tsabit. Lalu orang-orang berkata, "Kesaksian Khuzaimah
bin Tsabit dihitung menjadi dua, karena hanya dia yang mengetahui ayat
Al-Qur'an ini."

Lepas dari persoalan hadits ini shahih atu tidak, ayat itu bercerita
tentang akhlak Rasullullah saw dan ayat itu sering menjadi wirid kita
semua. Mungkin ini juga merupakan cara agar kita mampu memasukkan
akhlak itu dalam kehidupan kita. Ayat itu berbunyi, "Laqad Jâ'akum
Rasûlum Min Anfusikum…" (QS Al-Taubah 128). Menurut Fakhrur Râzi, kata
anfusikum menurut qira'at nabi saw, qira'at Fatimah as, dan qira'at
Aisyah dari Ibnu Abbas as harus dibaca Anfasikum. Dibacanya
difathahkan bukan didhammahkan. Hal ini akan kita ceritakan kemudian.

Fakhrur Razi menjelaskan ada empat sifat Nabi yang tergambar dalam
Surat At-Taubah ayat 128. Pertama, Min Anfusikum, dari kalanganmu
sendiri. Nabi berasal dari sesama manusia seperti kamu. Nabi yang
datang itu bukanlah Nabi yang datang sebagai makhluk ghaib, bukan pula
Superman, tapi Nabi yang datang dari tengah-tengah manusia. Bahkan
Nabi diperintahkan untuk berkata bahwa Nabi adalah manusia seperti
kita semua, seperti dalam ayat "Qul innamâ anâ basyârum mitslukum…"
(QS. Al-Kahfi 110) Nabi adalah manusia biasa. Kalau ia berjalan, ada
bayang-bayang badannya. Kalau terkena panas matahari, berkeringat
kulitnya. Kalau terkena anak panah, berdarah tubuhnya. Ia bukan
manusia istimewa dari segi jasmaniahnya, ia pun merasakan lapar dan
dahaga. Al-Qur'an menegaskan bahwa kehidupan Nabi itu sama seperti
kehidupan manusia biasa. Nabi dapat merasakan kepedihan dan
penderitaan seperti manusia biasa yang mendapatkan musibah.

Dalam qira'at Min Anfasikum, diterangkan bahwa kata Anfas mengandung
arti yang paling mulia. Jadi ayat ini berarti, "Sudah datang di antara
kamu seorang Rasul yang paling mulia." Artinya Rasulullah diakui
kemuliaannya, bahkan sebelum Rasul membawa ajaran Islam. Dia adalah
orang yang paling baik di tengah-tengah masyarakatnya dilihat dari
segi akhlaknya. Sebagian orang ada yang menyebutkan bahwa Rasul
berasal dari kabilah yang paling baik. Jadi sifat pertama nabi adalah
paling mulia akhlaknya, sampai orang-orang di sekitarnya memberi gelar
Al-Amîn, orang yang terpercaya.

Sifat kedua Nabi ialah, berat hatinya melihat penderitaan umat
manusia. Para ahli tafsir mengatakan yang dimaksud dengan berat hati
Nabi ialah kalau manusia menemukan hal-hal yang tidak enak. Dalam
riwayat yang lain, yang diartikan dengan berat hati Rasul ialah jika
orang Islam berbuat dosa kepada Allah. Dalam sebuah hadits,
diriwayatkan bahwa sampai sekarang Rasulullah masih dapat melihat
perbuatan-perbuatan kita dan Rasul akan menderita jika melihat kita
berbuat dosa. Karena beliau sangat ingin supaya kita memperoleh
petunjuk Allah. Bahkan Rasul sampai bersujud di hadapan Allah agar
diizinkan untuk dapat memberi syafaat kepada umatnya.

Jalaluddin Rumi bercerita dalam salah satu syairnya yang dibukukan
dalam Al-Matsnawi tentang Rasulullah saw. Pada suatu hari di mesjid,
Rasul kedatangan serombongan kafir yang meminta untuk bertamu. Mereka
berkata, "Kami ini datang dari jarak yang jauh, kami ingin bertamu
kepada Engkau, Ya Rasulullah." Lalu Rasul mengantarkan para tamu
tersebut kepada para sahabatnya. Salah seorang kafir yang bertubuh
besar seperti raksasa tertinggal di mesjid, karena tidak ada seorang
sahabat pun yang mau menerimanya. Dalam syair itu disebutkan, ia
tertinggal di mesjid seperti tertinggalnya ampas di dalam gelas.
Mungkin para sahabat takut menjamu dia, karena membayangkan harus
menyediakan wadah yang sangat besar.

Lalu Rasul membawa dan menempatkannya di sebuah rumah. Dia diberi
jamuan susu dengan mendatangkan tiga ekor kambing dan seluruh susu itu
habis diminumnya. Dia juga menghabiskan makanan untuk delapan belas
orang, sampai orang yang ditugaskan melayani dia jengkel. Akhirnya
petugas itu menguncinya di dalam. Tengah malam, orang kafir itu
menderita sakit perut. Dia hendak membuka pintu tapi pintu itu
terkunci. Ketika rasa sakit tidak tertahankan lagi, akhirnya orang itu
mengeluarkan kotoran di rumah itu.

Setelah itu, ia merasa malu dan terhina. Seluruh perasaan bergolak
dalam pikirannya. Dia menunggu sampai menjelang subuh dan berharap ada
orang yang akan membukakan pintu.
Pada saat subuh dia mendengar pintu
itu terbuka, segera saja dia lari keluar. Yang membuka pintu itu
adalah Rasulullah saw.

Rasul tahu apa yang terjadi kepada orang kafir itu. Ketika Rasul
membuka pintu itu, Rasul sengaja bersembunyi agar orang kafir itu
tidak merasa malu untuk meninggalkan tempat tersebut.

Ketika orang kafir itu sudah pergi jauh, dia teringat bahwa azimatnya
tertinggal di rumah itu. Jalaluddin Rumi berkata, "Kerasukan
mengalahkan rasa malunya. Keinginan untuk memperoleh barang yang
berharga menghilangkan rasa malunya." Akhirnya dia kembali ke rumah itu.

Sementara itu, seorang sahabat membawa tikar yang dikotori oleh orang
kafir itu kepada Rasul, "Ya Rasulullah, lihat apa yang dilakukan oleh
orang kafir itu!" Kemudian Rasul berkata, "Ambilkan wadah, biar aku
bersihkan." Para sahabat meloncat dan berkata, "Ya Rasulullah, engkau
adalah Sayyidul Anâm. Tanpa engkau tidak akan diciptakan seluruh alam
semesta ini. Biarlah kami yang membersihkan kotoran ini. Tidak layak
tangan yang mulia seperti tanganmu membersihkan kotoran ini." "Tidak,"
kata Rasul, "ini adalah kehormatan bagiku." Para sahabat berkata,
"Wahai Nabi yang namanya dijadikan sumpah kehormatan oleh Allah, kami
ini diciptakan untuk berkhidmat kepadamu. Kalau engkau melakukan ini,
maka apalah artinya kami ini."

Begitu orang kafir itu datang ke tempat itu, dia melihat tangan
Rasulullah saw yang mulia sedang membersihkan kotoran yang
ditinggalkannya. Orang kafir tidak sanggup menahan emosinya. Ia
memukul-mukul kepalanya sambil berkata, "Hai kepala yang tidak
memiliki pengetahuan. " Dia memukul-mukul dadanya sambil berkata, "Hai
hati yang tidak pernah memperoleh berkas cahaya." Dia bergetar
ketakutan menahan rasa malu yang luar biasa. Kemudi-an Rasul menepuk
bahunya menenangkan dia. Singkat cerita, orang kafir itu masuk Islam.

Boleh jadi cerita Jalaluddin Rumi ini adalah sebuah metafora. Suatu
perlambang bahwa kedatangan Rasul adalah untuk membersihkan kotoran
dan noda-noda yang ada pada diri kita. Betapa banyaknya kaum muslimin
menodai rumah Rasul dengan kemaksiatan dan akhlak yang buruk. Kita ini
sama dengan orang kafir yang menaburkan kotoran di rumah Rasul yang
suci. Bedanya ialah, kita percaya karena kecintaan Nabi kepada kita,
Rasul akan mengulurkan syafaatnya kepada kita. Derita kita adalah juga
derita Rasul. Karena itu, jangan ragu-ragu untuk datang meminta
syafaatnya dan bersimpuh di hadapan Nabi sambil mengucapkan, "Yâ Abal
Qâsim, Yâ Rasûlallâh, Yâ Wajîhan `Indallâh, Isyfa'lanâ `Indallâh."

Terlalu banyak kotoran yang kita taburkan di rumah Nabi yang mulia.
Seperti tertulis dalam sebuah puisi Iqbal. Ketika sakit keras, Iqbal
pernah berdo'a: "Ya Allah kalau Engkau adili aku di hari kiamat nanti,
jangan dampingkan aku di samping Nabi Al-Musthafa. Karena aku malu
mengaku sebagai umatnya padahal hidupku bergelimang dalam dosa."

Kita sebenarnya harus malu seperti malunya orang kafir itu. Kita
datang berziarah kepada Rasul di bulan Maulid ini dengan membawa
seluruh kemaksiatan. Kita sudah banyak mengotori rumah Rasul yang
mulia dengan akhlak yang tercela.
Tapi kita percaya bahwa Nabi
mendengar jeritan kita. Kita sadari kejelekan akhlak-akhlak kita dan
kita malu bertemu dengan Rasul dengan membawa dosa. Tetapi kita
percaya bahwa kita menantikan tepukan tangan Rasul untuk menentramkan
batin kita dan mengharapkan syafaatnya.

Sifat ketiga Rasullullah saw, ialah bahwa ia sangat ingin agar kaum
muslimin memperoleh kebaikan. Ia ingin memberikan petunjuk kepada
umatnya. Keinginan untuk memberikan petunjuk kepada kita begitu besar,
sehingga Rasul bersedia memikul seluruh penderitaan dalam berdakwah.

Adapun sifat keempat Rasulullah saw, ialah bahwa ia sangat penyantun
dan penyayang kepada kaum mukminin. Menurut para ahli tafsir, belum
pernah Allah menghimpunkan dua nama-Nya sekaligus pada nama seorang
nabi, kecuali kepada Nabi Muhammad saw. Nama yang dimaksud ialah nama
Raûfur Rahîm.

Raûfur Rahîm itu adalah nama Allah. Nama itu pun dinisbahkan Allah
kepada Rasulullah. Menurut sebagian ulama, Raûfun artinya penyayang
dan Rahîm artinya pengasih. Jika kedua kata itu digabungkan dalam satu
tempat, maka artinya berbeda. Menurut sebagian ahli tafsir, nama itu
berarti sifat Nabi yang penyayang tidak hanya kepada orang yang taat
kepadanya, tapi juga penyayang kepada orang yang berbuat dosa. Nabi
melihat amal kita setiap hari. Beliau berduka cita melihat amal-amal
kita yang buruk.

Dalam riwayat yang lain, Rasul itu Raûfun Liman Râ'ah, Rahîmun Liman
Lam Yarâh. Artinya, Rasul itu penyayang kepada orang yang pernah
berjumpa dengannya dan juga penyayang kepada orang yang tidak pernah
berjumpa dengannya. Suatu hari Rasul berkata, "Alangkah rindunya aku
untuk berjumpa dengan ikhwânî." Para sahabat bertanya, "Bukankah kami
ini ikhwânuka." "Tidak," jawab Rasul, "kalian ini sahabat-sahabatku.
Saudara-saudaraku adalah orang yang tidak pernah berjumpa denganku,
tapi membenarkanku dan beriman kepadaku." Rasul sangat sayang kepada
orang yang tidak pernah berjumpa dengan Rasul tetapi beriman kepadanya.

Di dalam Tafsir Al-Dûrrul Mantsûr, diriwayatkan sebagai berikut,
"Berbahagialah orang yang beriman kepadaku, padahal tidak pernah
berjumpa denganku." Rasul menye-butnya sampai tiga kali. Rasul juga
sayang bukan hanya kepada orang Islam saja, tetapi juga kepada orang
kafir.

Saya akan menceritakan hadits lain. Diriwayatkan bahwa ketika Rasul
berdakwah di Thaif, Rasul dilempari batu sehingga tubuhnya berdarah.
Kemudian Rasul berlindung di kebun Uthbah bin Rabi'ah. Rasul berdo'a
dengan do'a yang sangat mengharukan. Rasul memanggil Allah dengan
ucapan, "Wahai yang melindungi orang-orang yang tertindas, kepada
siapa Engkau akan serahkan aku, kepada saudara jauh yang mengusir
aku?" Kemudian datang malaikat Jibril seraya berkata: "Ya Muhammad,
ini Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu. Dan ini malaikat yang
mengurus gunung-gunung, diperintah Allah untuk mematuhi seluruh
perintahmu. Dan dia tidak akan melakukan apapun kecuali atas
perintahmu." Lalu malaikat dan gunung berkata kepada Nabi, "Allah
memerintahkan aku untuk berkhidmat kepadamu. Jika engkau mau, biarlah
aku jatuhkan gunung itu kepada mereka." Namun Nabi berucap, "Hai
malaikat dan gunung, aku datang kepada mereka karena aku berharap
mudah-mudahan akan keluar dari keturunan mereka orang-orang yang
mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh." Nabi tidak mau menurunkan azab
kepada mereka. Nabi berharap kalau pun mereka tidak beriman, keturunan
mereka nanti akan beriman. Kemudian berkata para malaikat dan gunung,
"Engkau seperti disebut oleh Tuhanmu, sangat penyantun dan penyayang."

Kasih sayangnya tidak terbatas kepada umatnya. Perasaan cinta kita
kepada Nabi tidak sebanding dengan besarnya kecintaan Nabi kepada kita
semua. Kecintaan Nabi terhadap orang-orang yang menderita begitu
besar. Menurut Siti Aisyah, Nabi tidak makan selama tiga hari
berturut-turut dalam keadaan kenyang. Ketika Aisyah bertanya apa
sebabnya, Nabi menjawab, "Selama masih ada ahli shufah —orang-orang
miskin yang kelaparan di sekitar mesjid— saya tidak akan makan
kenyang." Dan itu tidak cukup hanya pada saat itu, Nabi juga
memikirkan umatnya di kemudian hari. Beliau khawatir ada umatnya yang
makan kenyang sementara tetangga di sekitarnya kelaparan.

Karena itu, Nabi berpesan, "Tidak beriman kamu, jika kamu tidur dalam
keadaan kenyang sementara tetanggamu kelaparan." Nabi pun mengatakan,
"Orang yang senang membantu melepaskan penderitaan orang lain, akan
senantiasa mendapat bantuan Allah swt." Empat sifat Rasulullah kepada
umatnya, yang sangat luar biasa.

Marilah kita kenang kecintaan Rasulullah yang agung kepada kita dan
bandingkanlah apa yang bisa membuktikan kecintaan kita kepadanya.
Sekarang kita bertanya, sudah sejauh mana kita mengikuti sunnah
Rasulullah saw? Dapatkah akhlak kita seperti akhlak Nabi sebagaimana
yang disebut dalam surat Al-Taubah 128? Bagai-mana kita dapat ikut
merasakan penderitaan orang-orang di sekitar kita? Bagaimana kita
menjadi orang yang berusaha agar orang- orang lain itu hidup bahagia
dan memperoleh petunjuk Allah? Bagaimana kita menumbuh-kan sikap
Raûfur Rahîm di dalam diri kita seperti Rasulullah saw contohkan
kepada kita?

Marilah kita sebarkan kecintaan kepada Rasulullah saw di dalam diri
kita, keluarga kita, dan pada masyarakat di sekitar kita. Akhirul
kalam, yang harus selalu kita ingatkan pada diri kita adalah misi
Rasulullah yang paling utama, yaitu misi akhlak yang mulia. Tidak ada
artinya menisbahkan diri kita kepada Rasulullah saw tanpa memelihara
akhlak yang mulia. Hendaknya kita selalu malu untuk mengucapkan
shalawat kepada junjungan kita, sementara di punggung kita penuh
dengan dosa dan maksiat. Kita telah mengotori rumah Rasulullah saw
dengan akhlak buruk kita.

dikaji dari sumber islami Tafsir cinta Rasul

Mengapa Kami Memilih Islam

Abdullah Uemura (Jepang)

Dalam soal iman, Islam meletakkan titik berat pada ke-Esaan Allah s.w.t., kebangkitan dari alam kubur, kehidupan di akhirat dan perhitungan amal atau hisab, disamping segala sesuatu yang penting atau berguna untuk kemaslahatan hidup. Boleh dikatakan bahwa kebiasaan dan ketekunan dalam mencari keridlaan Allah s.w.t. itu dalam kenyataannya merupakan inti dari pada ajaran-ajaran Islam. Dan dalam pencarian saya akan kebenaran, ternyata saya menemukannya dalam Islam.
Agama Kristen, atau lebih tegas Injil-Injilnya yang kita dapati sekarang itu tidak lagi sebersih pada waktu diturunkannya dari Allah s.w.t. Dia telah mengalami perubahan berkali-kali. Dengan demikian, maka tidaklah mungkin bisa dikatakan bahwa agama Kristen itu masih asli. Sedangkan Al-Qur'anul-Karim diturunkan dari Allah s.w.t. dan selalu tetap seperti keadaannya semula, tanpa penggantian atau perubahan sedikitpun. Agama Kristen yang sampai kepada kita, tidak lagi dalam bentuk yang diturunkan dari Allah s.w.t. Dia hanya terdiri dari beberapa kalimat fatwa Jesus Kristus dan biografmya, dan kedudukan Kristus itu dalam agama Kristen sama seperti kedudukan Hadits dalam agama Islam. Dengan demikian, maka apa yang diwahyukan Allah dalam agama Kristen itu tidak langsung sampai kepada kita seperti halnya dalam agama Islam.
Yang paling kacau dalam agama Kristen ialah ajaran Trinitas yang wajib diimani tanpa dapat dimengerti permasalahannya, karena tidak ada tafsirannya yang bisa diterima oleh akal pikiran. Disamping itu ada yang paling mengejutkan, yaitu bahwa pembebasan orang-orang yang berdosa itu ialah kematian yang abadi yang didalamnya termasuk orang-orang yang bukan Kristen, karena mereka itu dalam pandangan Kristen adalah orang-orang yang berdosa, karena mereka tidak percaya kepada ajaran-ajaran Kristen. Dan kalau orang-orang yang berdosa itu yakin atas abadinya kematian mereka, tentulah reaksi alaminya mereka akan tergelimang dalam segala keburukan dan kesenangan sekedar untuk memuaskan hawa nafsu mereka sebelum sampainya ajal, sebab kematian itu dalam pandangan mereka adalah penghabisan untuk selama-lamanya.
Agama Buddha Mahayana Jepang adalah campuran antara agama Buddha Ortodox dan agama Buddha primitif. Buddha Mahayana serupa dengan Brahmana, dan ajaran-ajarannya jelas menunjukkan keingkarannya kepada Tuhan, karena Buddha tidak mengakui jiwa abadi atau Tuhan. Sedangkan agama Brahmans, walaupun dalam hal keingkarannya kepada Tuhan sudah jelas, tapi para pengikutnya tidak tahu hakikat Brahma yang sebenarnya. Mereka berusaha untuk meletakkannya dalam pengertian philosofis, dan dalam usahanya ini serta dalam penyelidikan mereka tentang hakikat kebenaran melalui penglihatan dan pendengaran, mereka tetap lebih suka menyembah makhluk ciptaan Tuhan, dari pada menyembah Tuhan itu sendiri. Hanya Islam-lah satu-satunya agama yang menunjuki kita kepada Allah s.w.t., Tuhan Yang Hidup, Yang Memiliki segala urusan dan segala kekuasaan, yang bersih dari kebutuhan akan tempat, Yang tidak Melahirkan tidak dilahirkan, Yang memiliki Kerajaan di langit tujuh dan di bumi, Yang semua makhluk hanya tunduk kepada-Nya, hanya kepada-Nya semua makhluk pada takut, dan hanya kepada-Nyalah semua makhluk tunduk dan menyerah.
Agama Shinto7 di Jepang kekurangan nilai keutamaan, karena Shintoisme itu tidak mementingkan akhlak atau moral secara khusus. Dalam Shintoisme, tuhan itu banyak, persis agama berhala yang membolehkan penyembahan beberapa patung berhala.
Islamlah satu-satunya jawaban terhadap jeritan jiwa yang mencari jalan hidup yang rasional dan kebenaran.
Catatan kaki:
Agama Shinto tersiar di Jepang sampai tahun 1945. Sesudah itu padam.



Memahami Allah

Para ilmuwan laboratoriumnya di luar diri, modalnya berfikir.
Para pejalan laboratoriumnya di dalam diri, modalnya berkeyakinan.
Sama - sama mencari kemantapan rahasia hidup...
Siapakah yang cepat sampai ?

Abad 21 adalah titik klimaks sebuah pencarian manusia terhadap Tuhannya. Di belahan bumi India para maha guru spiritual menganggap abad ini adalah ttitk ordinat peredaran simetris ter! baik antara jagad mikrokosmos dengan makrokosmos sehingga orang akan mudah belajar mengenai ketuhanan. Di belahan barat para intelektual kebingungan mencari titik perhentian karir, titik Tuhan, God spot. Para spirilogic mengkotak - kotakkan IQ, EQ dan SQ kemudian menganggapnya sebagai sebuah temuan besar yang harus dipatentkan guna sebuah urusan professional alias imperium perut. Tak ketinggalan para pecinta dunia berusaha meluruskan konsep bisnisnya dengan Spiritual Capital. Psikolog tak kalah anehnya menyederhanakan puluhan teori usang menjadi sebuah teori flow, pasrah mengalir sajalah agar mampu mencapai authentic happiness.
Bagaimana dengan dunia Islam, khususnya di Indonesia ? Tentu tak kalah unik...
Terkad! ang akhir -akhir ini saya merasa agak geli ketika melihat buku-buku baru atau hot topic di internet kok semua bahasan mengenai kebenaran Allah harus dilegalisasi dulu oleh ilmu pengetahuan moden, entah itu fisika, kimia , biologi, kedokteran dan semacamnya. Seakan-akan walau memperoleh manfaat sebab dari bertaqarub dengan Allah tetapi dilain hal nggak ilmiah, maka kita akan tertolak, sesat. Sebuah pertanyaan ke dalam diri, sejak kapan sih seorang muslim harus menunggu legalisasi logis formal untuk memperoleh spiritual journey sebuah ayat ? Apakah hanya karena sebuah alasan modernitas ilmiah maka kita harus mengalahkan keyakinan akan manfaat sebuah perjalanan ? Padahal sejauh dan secanggih saat ini, kalau sudah sudah membahas sebuah agama, ilmu pengetahuan hanya bisa berputar -putar di wilayah hipotesa, tesis, disertasi dan rumusan-rumusan tanpa bisa lebih jauh masuk menjadikannya sebuah inti perjalanan.
Sebagai contoh seorang Einstein atau Stephen Hawking dan kawan-kawan seprofesi bisa saja merumuskan hukum melipat waktu, konsep black hole, big bang ataupun teori kecepatan cahaya dan semua itu memang relatif berbanding benar dengan ayat Quran. Tetapi tanpa mengurangi rasa hormat, apakah beliau-beliau ini bisa mengalami, mengaktifkan dan menjalankannya ? Apakah beliau seorang pejalan atau masih terhenti sebatas pemikir ? Padahal di kalangan pejalan spiritual muslim yang banyak bertebaran di Malang pinggiran, Jember, Banyuwangi, dan banyak titik lagi di penjuru Nusantara, hal itu sudah menjadi realitas perjalanan. Dan tentu saja Rasulullah Muhammad adalah panglima pelipat waktu, pengajar sejati metode perjalanan kecepatan cahaya ini dengan pembuktian peristiwa Isra Mi'raj. Dalam hal ini Abubakar yang terkenal cerdas dan sidiq langsung mengiyakan tanpa banyak riset.

Inilah yang dinamakan konsep iman. Percaya dan akhirnya harus mengalami sendiri.

Anehnya kalau kejadian semacam ini sebenarnya tetap ada dan saya ungkapkan seperti sekarang, mungkin orang yang terbiasa kritis dan sangat ilmiah malah menarik mundur jam waktu, menyetel mindset seperti pendeta menghadapi Galileo, menyelidiki siapa penulis penyebar berita awu -awu ini.. Ah itu sihir... jin beserta kemampuan tehnologinya ... Kita berbalik 180 derajat menjadi penuduh yang tercerabut dari tradisi ilmiah dan keakhlakan.

Pertanyaan dasar, bagaimana mungkin jin bisa secanggih itu, padahal menurut Islam hanya manusia saja mahluk yang berakal. Lalu bagaimana mungkin sihir wong modalnya cuma baca La ilaha ilallah dan La haula walaquwwata ila billah plus puasa sunnah. Sebuah penyerahan full dan berlindung di dalam benteng Allah masak jin bisa masuk sih ? Sebegitu lemahkah benteng Allah untuk ditembus ? masak safety nya kalah sama benteng Pentagon ? Padahal para dukun KGB atau spiritual manapun dengan kekuatan bantuan bolo kurowo jin gendruwo ndhas klunthung saja nggak mampu mencuri data di Pentagon. Belum lagi kalau saya ungkapkan ada banyak orang yang mampu menjalankan proses materialisasi, menciptakan benda dengan perantara partikel udara seperti teori - teori ilmiah hanya bermodal meyakini komposisi ayat kun fayakun dan La haula walaquwwata ila billah yang dihunjamkan sampai akar keyakinan terdalam.

Begitu sederhananya aplikasi teori ayat ini sehingga kita yang hidup di jaman modern menolaknya karena tidak mengandung kemewahan konsep entah itu konsep fisika, biologi ataupun hukum fiqih. Padahal saat ini seorang anak bangsa Professor Johanes Surya dengan pasukan fisikawan muda yang merajai olympiade fisika tingkat dunia malah bercita-cita menggunakan fisika tanpa rumus. Semua rumus digantikan dengan prinsip dasar MESTAKUNG alias semesta mendukung dengan penjelasan sederhana, bahwa ketika sesuatu dalam keadaan terdesak maka seluruh partikel alam raya akan mendukung dan menolongnya. Hebat benar beliau. Bangunan pikiran yang begitu eksak menjadi non eksak sebab sebenarnya non eksak hanyalah sebuah bangunan eksak dengan parameter tak terhingga sehingga orang sulit membuat rumusan pasti. Bagi saya beliau sangat islami sekali walaupun entah KTP nya beragama apa.

Dan, sebenarnya konsep puasa dibarengi berniat kalimat tauhid adalah konsep mestakung sejati yang telah diajarkan Rasul belasan abad yang lalu. Ketika seseorang melakukan puasa, otomatis bangunan konsep material dalam dirinya perlahan mulai tampak melemah. Pertama tenaga fisik yang gemagah mulai berkurang, kemudian otak yang katanya cerdas pun menurun gelombang frekwensinya. Kewaspadaan terhadap dunia luar mulai berkurang namun kewaspadaan ke dalam diri semakin bertambah tingkat kekonsentrasiannya. Lambat laun hanya dengan sebuah proses latihan mengikhlaskan sebuah pengakuan bahwa kita benar -benar nggak punya kekuatan. Blesss...semesta mendukung apa yang kita maui...tiba - tiba kesuperpoweran diri terkuak, semua seperti mimpi yang terkendali penuh dengan kekuatan lintas dimensi, entah dimensi benda, dimensi akal, dimensi ruang ataupun dimensi waktu....semua ada dan dapat kita gunakan...kata pedagang Padang, dipilih... dipilih... dipilih... tinggal pilih... tinggal pilih... tinggal pilih.... Semua adalah imajinasi yang mewujud mengikuti Kehendak. Kun fayakun...

Tapi ini adalah sebuah perjalanan yang masih bersifat Isra' yang harus diteruskan menuju perjalanan Mi'raj. Sebab banyak sekali orang yang mengalami pembebasan konsep diri melalui ke Isra' an ini lalu menganggap sebagai puncak pencapaian karena memang di sinilah digelar dengan nyata senyata-nyatanya segala kemampuan sang masterpiece, menungso. Perjalanan Isra adalah konsep perjalanan horizontal yang kita sebut hablumminannas dimana semua pencapaiannya masih bersifat kebutuhan dunia itu sendiri entah yang terwujud dalam ilmu ekonomi, politik, budaya, pengobatan, hukum fiqih, fisika biologi, olah raga bahkan kebatinan yang sering dianggap orang sebagai ilmu kegaiban langit.

Dan pada kenyataannya semua ilmu itu memang hanya berlaku dan berguna selama nafas masih di kandung badan, urusan habluminannas. Sebab setelah kehidupan dunia ini usia yang berlaku hanyalah urusan Mi'raj. Ruh yang kembali, jiwa yang tenang.

Benar adanya bahwa nanti yang dipertimbangkan terlebih dahulu amal seseorang adalah kebenaran sholatnya, bukan modal kapital, keringat atau akal karena ketiganya harus balik maning ke bumi untuk dimanfaatkan generasi selanjutnya. Untuk itulah kemudian diperlukan konsep Mi'raj.

Lalu bagaimana konsep Mi'raj itu sendiri ? Mi'raj adalah kumpulan ingatan kepada Allah yang di rangkum dalam ibadah sholat. Sholat itu Mi'raj nya orang mukmin...begitu kata Rasul. Lebih begitu sederhananya lagi konsep ini sehingga orang yang berada di wilayah Isra' pun terkadang malah tak percaya, sebab orang sudah terbiasa dengan alam yang aneh-aneh dan menara gading pikiran.

! Konsep Mi'raj sangatlah mudah... Ingatlah, ya, cuma mengingat... ..mengingat tidak ada rumusannya selain mengurut kejadian ke belakang, bukan malah menebak ke depan...hanya dengan MENGINGAT Allah-lah hati menjadi tenteram ( RA'D :29 ). Jadi parameter orang yang ingat pernah bertemu Allah ya sederhana saja, jiwanya selalu tenang walau menghadapi berbagai persoalan hidup 

Tapi bagaimana mau ingat wong ketemu aja nggak pernah ? Contoh semisal, saya ingat kalau putri Diana adalah teman saya waktu kecil, sebab memang dulu pernah bertemu akrab bahkan selalu mengendarai kuda bersama. Lha kalau waktu kecil nggak pernah ketemu, apanya yang harus diingat ? Masak saya harus ngaku-ngaku dan pura -pura ingat bahwa dulu pernah akrab dan selalu bertemu di Istana. Untungnya Allah begitu mahfum bahwa daya ingat otak kita yang pandai ini ternyata masih sangat cekak. Untuk itu dengan murahnya Allah menjelaskan bahwa kita pernah berhadapan langsung.
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" ( Al A'raf 172 ).

Maka ber Mi'raj lah dengan membahas dan memahami Allah dengan cara yang sangat sederhana yaitu mengingat-ingat - merunut kebelakang mencari asal muasal kejadian diri dengan metode berdzikir. Masalah saya dan Anda hanya bisa mengingat sebatas NamaNya, SifatNya, IlmuNya, atau CiptaanNya saja ya nggak masalah. Allah Maha Memahami kok.

Selama berniat untuk yakin bisa berjumpa dengan Allah, nanti  lama-lama keyakinan itulah yang membimbing pada tujuan akhir dengan sebuah proses yang unik tak terduga. Pun seandainya kita sudah bisa menyaksikan Dzatnya sebagai konsekuensi kelanjutan ada nama pasti ada yang dinamai, lebih baik disimpan saja sebagai kenangan terindah sebab kalau diomongkan nggak akan pernah ketemu, malah - malah hilang nikmatnya plus berakhir hanya sekedar jadi fitnah dan kehebohan yang tak bermakna.

Biarkan ban luar tetap berada diluar, ban dalam tetap di dalam dengan penuh angin agar roda kehidupan tetap berputar dengan baik.

Wassalam, Semoga bermanfaat

Dody Ide

Proses Isra lebih dari tujuh samudra tinta tertulis
Poses Mi'raj lebih dari tujuh samudra tinta terhapus
Ketika tiada yang tertulis maka tak ada yang terbaca
Maka muncullah sang ummi yang bersyahadat di sudut keheningan.. ..



Assalamu alaikum wr wb

Ulasan saudara Dody Ide sangat menarik dan mengetuk pikiran dan hati saya. Kebetulan saya bukan ilmuwan kondang, bukan pula peneliti agama yang mumpuni, bukan pula profesional yang unggul, ketiga sisi itu saya hanya
sekedar tahu saja. 

Saya hanya ingin berbagi pemahaman - yaitu bahwa Allah SWT Maha Adil dan lain-lain serba Maha. Allah menyiapkan begitu banyak "pintu masuk"untuk memahami keberadaan-Nya untuk setiap jenis dan kelas dan status manusia.
Ilmuwan ulung seperti Einstein (Yahudi, tapi SD Kristen, sangat suka musik klasik) setelah sepanjang hidupnya bergelut dengan sains di lab dan di panggung kuliah ahirnya mengatakan "science without religion is lame".

Takdir Alisyahbana yang "agnostik"pada penghujung hayatnya "menyadari" kebesaran Allah ketika selamat dari kecelakaan pesawat terbang.

Rendra "terbuka"  hatinya kepada Islam setelah bergelut sekian lama dalam keindahan syair dan puisi.
Saya percaya bahwa ada saja pedagang besar atau bahkan petani kecil yang "memahami" Allah melalui keadilan pembagian rezeki oleh-Nya kepada orang
yang berbeda status sosialnya.

Jenis manusia lain adalah seperti yg disebut mas Dody "pejalan spiritual" yang dari awal sudah "mengenal" Allah (?) dan mengambil dari dunia hanya sekedar
asal cukup saja.

Pintu masuk mana kepada memahami Allah (atau Islam - atau agama lain) yang dapat ditempuh seseorang adalah sangat banyak - Allah memang Maha Adil -
ditunjukkan- Nya pintu kepada-Nya kepada siapapun yang dikehendaki- Nya. Beruntunglah dia yang terus mencari pintu itu lalu dibukakan-Nya.

Semoga pintu itu selalu terbuka lebar bagi kita semuadengan nama atau dari sisi kehidupan apapun.

Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam bishshawab.
Hidayah pada Secarik Kertas


KotaSantri.com : Iqra... Iqra... Iqra... Begitu bunyi suara yang membisiki telinga saya dalam mimpi. Bisikan misterius itu mengingatkan saya pada kisah Nabi saat mendapat wahyu pertama di Gua Hira. Saya tidak menganggap mimpi itu sekadar kembang tidur yang melenakan. Itulah awal saat saya menangkap cahaya Islam. Dan secarik kertas bertuliskan 'Islam Agama Hakiki', kian menguatkan tekad saya untuk memilih Islam sebagai panduan hidup.


Nama asli saya Christian Gustav, sedangkan nama hijrah saya adalah Muhammad Faaiz Hidayatullah. Saya lahir dan dibesarkan oleh orangtua dalam lingkungan keluarga Katolik yang taat dari SD hingga SMP, saya mengecap pendidikan di sekolah Katolik. Hanya di SMEA saja, saya sekolah umum yang sebagian besar siswa dan gurunya beragama Islam. Di situ, saya mulai mengenal Islam dari teman-teman maupun dari sebagian guru. Selain beiajar, kebetulan saya mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, termasuk aktif di teater.


Sejak itu, saya mulai mencintai dunia puisi. Entah bagaimana, hati saya tertarik pada Islam. Saya sendiri tidak tahu, apakah ini yang disebut hidayah atau bukan. Yang pasti, ada sesuatu yang mendorong saya untuk mencoba menggali dan mengenai Islam lebih dekat lagi.


Waktu saya kelas II SMEA Tridaya, Jakarta Timur, pada suatu malam saya bermimpi pulang dari gereja, lalu masuk kamar. Di kamar, saya melihat sebuah. Al-Qur'an terletak di atas meja. Mulanya saya bertanya-tanya, ini kitab apa. Rasa ingin tahu mendorong saya membuka-buka isi kitab tersebut. Setelah saya lihat bacaannya, temyata berbeda dengan kitab suci yang biasa saya baca.


Anehnya lagi, dalam mimpi itu saya mendengar suara entah dari mana datangnya, seperti hendak menuntun saya untuk membacanya. "Sudah, baca saja." Meski saya katakan, "Saya tidak bisa baca." Suara misterius itu terus mendesak saya untuk membacanya. Setelah dituntun, akhirnya saya pun membacanya. Pokoknya, saya seperti qari atau orang yang sedang mengaji, yang melantunkan ayat-ayat suci dengan lagunya. Padahal, jujur, jangankan membaca, apalagi melantunkannya dengan lagu, mengenal huruf Arab saja, saya tidak mampu.


Begitu saya terbangun, saya tersadar bahwa itu hanya mimpi. Tapi mimpi yang bukan sembarang mimpi. Mimpi itu telah membuat sekujur tubuh saya berkeringat dingin, membuat hati saya cemas, tak nyaman, jadi pikiran, dan selalu bertanya-tanya dalam batin. Hingga akhirnya saya berdo'a dengan cara agama yang saya anut. Dalam hati saya berkata, kalau memang ini panggilan suci, saya siap mengikutinya.


Keesokan harinya, saya curhat habis pada guru agama di sekolah. Lucunya, guru yang pertama kali saya curhat adalah guru agama Islam, yaitu Pak Masduki, baru kemudian guru agama Katotik. Pak Masduki sendiri sebetulnya tahu, bahwa saya menganut agama Katolik. Kedua guru itu begitu tulus mendengar segala kisah mimpi saya yang mencemaskan dan mendebarkan tersebut. Tapi masing-masing guru agama itu memberikan penjelasan yang berbeda. Saya pun jadi makin bingung.


Suatu ketika, saat saya hendak keluar kelas untuk mengikuti pelajaran agama Katolik di kelas lain, saya merogoh laci meja tempat saya menaruh tas dengan maksud memeriksa apakah ada barang saya yang tertinggal. Tanpa sengaja, saya menemukan secarik kertas (seperti sobekan), bertuliskan Arab. Terjemahannya "hanya Islamlah agama yang diridhai Allah."


Saat itu, pikiran saya makin cemas campur kalut. Degup jantung saya terasa makin kencang. Saya bertanya-tanya dalam hati, gerangan apa di balik ini semua. Inikah skenario Tuhan untuk menuntun saya kepada sebuah jalan kebenaran? Sobekan kertas 'misterius' itu membuat saya panasaran untuk mencari tahu tentang Islam.


Siang itu, saya kembali menemui Pak Masduki, seraya menceritakan apa yang baru saya alami. Pak Masduki bilang, "Chris, mungkin itu sudah panggilan. Bisa jadi itu hidayah. Tapi, itu terserah kamu. Untuk masuk Islam itu tidak ada paksaan. Apakah kamu tetap bertahan atau melepaskan akidah Katolik kamu, semua tergantung kamu. Jadi kamu sendiri yang memutuskannya. "


Pada tanggal 20 November 1999, saat saya duduk di kelas III, tanpa ragu-ragu lagi saya resmi memeluk Islam. Pak Masduki sendiri yang membimbing saya mengucapkan kalimat syahadat, di masjid dekat sekolah. Teman-teman sekolah dan sebagian guru hadir menyaksikan saya menadi seorang Muslim.


Saat itu saya tak kuasa menahan haru. Terlebih saat Pak Masduki memeluk saya, disusul oleh teman-teman yang lain. Jujur, tak pernah saya merasakan suasana seindah dan sebahagia ini. Dalam pelukan Pak Masduki dan teman-teman sekolah, air mata saya meleleh membasahi pipi. Usai syahadat, perasaan saya betul-betul plong. Ada sebuah kekuatan baru mengisi relung-relung kehidupan saya.


Sebelum saya resmi memeluk Islam, mama lebih dulu sudah menjadi Muslimah, empat tahun sebelumnya (1996). Selama itu, mama tetap memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk memeluk agama yang mereka yakini. Mama tidak ingin memaksakan anak-anaknya mengikuti langkahnya. Oleh karena itu hubungan antara mama dan anak-anaknya yang beragama Katolik tetap baik.


Sebelum mama masuk Islam, mama sudah bercerai. Saya bersama dua saudara ikut mama, sedangkan tiga saudara yang lain ikut papa. Sekalipun berpisah, papa tetap mengunjungi anak-anaknya yang diasuh oleh mama.


Saya tak menyangkal adanya peran sang mama yang membuat saya tertarik pada Islam. Ketertarikan saya pada Islam juga saya rasakan bila memperhatikan mama sedang shalat. Wajah mama terlihat bersih dan bersinar, seperti ada pancaran cahaya yang merasuk di sekujur tubuhnya.


Secara diam-diam, saya suka membuka-buka bacaan mama, tentang Islam. Ada beberapa buku Islam milik mama yang tersimpan di rak buku. Buku yang pertama kali dibaca saya adalah Iqra. Selain itu, saya juga membaca buku Ahmad Deedat berjudul Mengungkap tentang Bibel (Versi Islam dan Kristen). Mama sendiri tidak tahu bahwa saya sebenarnya sedang mempelajari Islam, walau dengan sembunyi-sembunyi.


Dari kebiasaan dan hobi membaca sejak kecil, saya terdorong melahap buku apa saja, termasuk mempelajari berbagai agama. Akhirnya, ia kian intensif mempelajari Islam lewat bacaan dan bertanya pada orang yang mengerti tentang Islam.


Yang membuat tekad saya semakin mantap untuk memeluk Islam adalah ketika saya membaca dan mengkaji Al-Qur'an Surat Al-Ikhlas. Saya merasa kandungan ayat-ayat ini lebih rasional.


Betapa berat ujian yang dihadapi saya dan mama dalam memilih jalan hidup ini. Semula kami hidup dengan ekonomi yang berkecukupan. Boleh dibilang berada, terlebih papa adalah seorang interior designer rumah tangga. Tapi sejak papa mengalami musibah kecelakaan (tahun 1992), keadaan ekonomi keluarga dirasakan sangat sulit.


Sejak mama bercerai dengan papa, boleh dibilang membuat saya dan adik-adik saya hidup prihatin. Dulu ekonomi papa kuat. Bahkan keluarga papa banyak yang kaya. Saat masih jaya-jayanya, semua kebutuhan bisa terbeli, bahkan saya sempat kuliah beberapa semester.


Sekarang, saya, mama dan dua adik saya ngontrak di daerah Bekasi. Sedangkan sehari-hari mama membuat kue dan menjualnya ke warung-warung terdekat. Demi tuntutan hidup, saya sendiri ikut membantu mama membuatkan kue.


Lingkungan tempat tinggal kami dikenal Islamnya kuat. Saat mama menjajakan kue keliling kampung, tak seorang pun yang menyentuh apalagi membeli kue buatan mama. Mereka enggan membeli karena mengira kue buatan mama bercampur barang haram. Maklum, kami keturunan Cina. Saya bisa memahami, mereka belum tahu bahwa kami sudah Muslim.


Untunglah ada seorang yang baik hati membantu kami. KH. Muhammad Saimin, yang dihormati masyarakat. Ia membeli seluruh kue jajaan mama, lalu bersama istrinya membagi-bagikannya kepada orang kampung, sambil memberi informasi bahwa kami sudah menjadi Muslim. "Kue ini halal," kata Pak Saimin. Setelah itu, warga mulai mau membeli kue-kue mama.


Saya tak bisa meneruskan kuliah lagi. Mau tak mau saya hanya mengandalkan ijazah SMEA (jurusan Akuntansi) untuk melamar kerja. Saya ingin sekali membantu mama dan adik-adik saya. Tapi, setiap kali saya melamar selalu ditolak karena fisik saya kurang sempurna. Saya merasakan diskriminasi dalam kehidupan saya.


Pernah saya menemui seseorang di bagian personalia suatu perusahaan. Saat dia melihat kondisi fisik saya, dia langsung berkata, "Maaf, fisik kamu begini, jadi nggak bisa diterima."


Kata-kata itu saya rasakan seperti petir di siang bolong. Saya tak bisa melupakan itu. Sampai kini, saya masih merasakan minder karena fisik yang tidak sempurna. Tapi saya yakin Allah akan memberi jalan keluar yang terbaik untuk saya. Insya Allah. [Amanah-60/XVIII]
Bilik @ KotaSantri.com


Assalamu Alaikum

Bahan seperti apa yang anda butuhkan ??. sebagai awalan anda bisa cek di : http://groups. google.co. id/group/ cinta_rasul/. Ada beberapa file yang mungkin bermanfaat bagi anda. Semoga bermanfaat. Mohon maaf bila ada kekurangan.

Wassalamu Alaikum

Kamis, 02 Desember 2010

Persiapan di rumah Tante




 Photo isengg sebelem berangkat

 Narsis Bareng Pembina

Gaya asal-asalann

 Mulai Tampil





Ni lagii...